PK. Jakarta,. – Acara pelantikan lulusan akademi atau Prasetya Perwira (Praspa) TNI dan Polri, di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (19/7), memberi kesan mendalam pada sejumlah Taruna dan Taruni yang berasal dari keluarga pra sejahtera dan suku pedalaman. Mereka bisa menjadi calon Perwira tanpa bermodal biaya ataupun sogokan.
Letda Nanda Arwin, lulusan Akmil asal Langkat, Sumatera Utara, mengaku tak pernah terlintas di benaknya bisa masuk sekolah Perwira Akmil Magelang. Ia selama ini beranggapan Akmil hanya untuk anak-anak dari keluarga mampu.
“Melihat orang tua saya hanya sebagai petani dan memang segi ekonominya lemah, saya berusaha mencari sekolah gratis,”kata sulung dari 3 saudara ini, Kamis (19/7).
Awalnya, ia mendaftar masuk ke Akademi Militer namun gagal seleksi, selanjutnya mendaftar masuk Sekolah Calon Bintara (Secaba), tapi gagal juga. Berbekal kemauan dan semangat yang pantang menyerah, dirinya kembali lagi mendaftar masuk Akmil dan hasilnya pada kesempatan kedua ini lolos tanpa dikenakan biaya sama sekali.
Nanda menuturkan, berbekal tekad dan kemauan, dia selalu menanamkan dalam diri untuk bisa menjadi contoh bagi adik-adiknya, dan orang tua menjadi motivasi terbaik dalam dirinya. “Syukur Alhamdulillah, bangganya luar biasa dan orang tua baru pertama kali menginjak di Istana Negara,” ucapnya.
Cerita senada juga disampaikan Letda Moch Alpian Pribadi yang berasal dari suku Bima, dirinya bisa berhasil masuk Akmil berbekal kemauan dan kerja keras serta dukungan dan doa dari orang tua, karena pada dasarnya keberhasilan seorang anak terletak pada doa orang tua.
Dirinya juga menceritakan untuk menjadi seorang Perwira lulusan Akmil membutuhkan kemauan dan kerja keras serta semangat pantang menyerah, apalagi pada seleksi tahun pertama belum berhasil lulus. “Saya mengevaluasi diri dan belajar dari kegagalan, dan pada seleksi tahun kedua lah maka berhasil lulus.
Menurut Alpiah sapaan akrabnya, dirinya termotivasi untuk berjuang bercermin dari perjuangan seorang ibu mendidik dan menyekolahkannya menjadi sumber inspirasi, apalagi ayahnya sudah meninggal pada tahun 2007. Ibunya berjuang mencari nafkah untuk menyekolahkan dirinya bersama adik-adiknya.
Lain lagi dengan Letda Ruben Gerit Trapen yang berasal dari Papua, dirinya termotivasi untuk menjadi seorang prajurit TNI karena melihat dari daerahnya tidak banyak pemuda yang menjadi seorang prajurit. “Ini suatu kebanggaan dan kehormatan bagi saya selaku putra asli Papua karena lulus menjadi seorang Perwira TNI Angkatan Darat,”katanya.
Dia menuturkan, darah militer sama sekali tak mengalir dalam tubuh kedua orangtuanya, karena pekerjaan orang tuanya adalah seorang Pegawai Negeri Sipil. Hanya saja Ruben kecil telah menanamkan cita-citanya untuk menjadi seorang tentara, karena melihat figur tentara yang penuh dedikasi terhadap bangsa dan negara serta memiliki kedisiplinan yang tinggi.
Hal yang sama diungkapkan Letda Niko T yang berasal dari suku Toraja, menjadi seorang prajurit TNI sudah merupakan cita-citanya sejak kecil karena dirinya dibesarkan dalam lingkungan militer. “Bapak saya pangkatnya hanya Kopral,”ucapnya.
“Bisa seperti sekarang ini merupakan suatu kebanggan yang tak terhingga, awalnya saya tidak bisa membayangkan masuk Akmil, karena pangkat bapak saya hanya seorang Tamtama. Tetapi berbekal kemauan dan kerja keras, dari manapun latar belakang orang tua kita, itu bukan menjadi faktor utama, yang utama adalah kerja keras, kemauan dan doa orang tua,”ujar Niko.
Lebih lanjut disampaikan, keberhasilan yang didapatnya ini merupakan kado terindah yang dipersembahkan kepada kedua orang tuanya, karena berkat didikan dan kerja keras orang tualah maka dirinya bisa berhasil seperti sekarang ini.
Sementara itu, Letda (K) Alberta Injilia menyatakan kebanggaanya bisa menjadi seorang Perwira Wanita lulusan Akmil. Menjadi TNI merupakan cita-citanya sejak kecil. Ketika ada pembukaan penerimaan prajurit TNI, seseorang yang sudah saudara, memberikan informasi untuk ikut seleksi. “Sejak saat itu, saya mempersiapkan diri secara matang ketika akan ikut seleksi. Yang paling utama disiapkannya adalah fisik seperti lari, push up, renang, dan lainnya.
Ketika dinyatakan lulus menjadi Taruni Akmil, kebanggaan anak ketiga dari empat bersaudara ini bertambah besar, apalagi tidak banyak dari suku Dayak yang mengabdikan diri menjadi seorang prajurit TNI. Seseorang yang berasal dari suku Dayak masih jarang yang mengabdikan diri menjadi seorang prajurit. Itulah yang membuat motivasi saya kian bertambah untuk bisa membanggakan suku, orang tua dan tanah kelahiran saya. “Jika saya bisa, kalian pun pasti bisa,” tuturnya memberi tips bagi para pemudi yang ingin mengadikan diri sebagai prajurit TNI.