PK. Jakarta,. —- Teknologi informasi mendorong terjadinya globalisasi dan semakin mempersempit dimensi komunikasi serta transformasi infromasi. Perluasan informasi saat ini begitu cepat sehingga publikpun sangat mudah mengalami vibrasi informai dari penyebaran isu dari media sosial, sehingga dalam beberapa waktu belakangan ini bangsa kita sangat rentan terhadap perpecahan antar kelompok masyarakat akibat berita hoax, ujaran kebencian dan pertentangan bermuatan Suku, Agama, Ras dan Aliran Kepercayaan (SARA) serta Idiologi.
Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Pembinaan Mental Angkatan Darat (Kadisbintalad) Brigjen TNI Asep Syaripudin saat membuka acara komunikasi sosial dengan tokoh lintas agama, di Markas Disbintalad, Jakarta, Selasa (25/9/2018).
Dikatakan Kadisbintalad, budaya pragmatisme telah menggeser persepsi publik tentang tolok ukuran keberhasilan hidup. Nilai-nilai moralitas dan norma keagamaan banyak terabaikan dengan tuntutan materi, sehingga tidak jarang diterjadi nilai-nilai kebenaran agama yang sehrusnya dijunjung oleh para umatnya justru hanya dijadikan sebagai pelengkap dalam mendukung kepentingan sesaat semata.
“Terhadap fenomena tersebut, secara internal TNI AD telah melakukan langkah-langkah antisipatif yang dipersiapkan sejak dini agar kita semua mampu menghadapi berbagai ancaman serta untuk melindungi kita dan keluarga dari pengaruh globalisasi. Ke depan, sebagaimana telah diperintahkan Kasad Jenderal TNI Mulyono akan melakukan upaya penyelarasan sistem pembinaan mental dan idologi dengan perkembagan teknologi informasi,” tegasnya.
“Hal ini juga tentunya bisa kita adopsi bersama, termasuk juga penigkatan sinergitas dan soliditas antara Bintal TNI AD dengan pemerintah maupun para tokoh lintas agama,” sambung Mantan Dandenma Mabes TNI ini.
Dalam sambutan, Kadisbintalad mengatakan, pelaksanaan silaturahmi bersama tokoh agama ini sebenarnya tidak terlepas dari pemikiran serta bukti sejarah bahwa lahirnya negara Indonesia juga dimotori oleh para tokoh agama ketika itu.
“Peran mereka sangat besar dalam mengantarkan berdirinya negara kesatuan republik indonesia. Untaian kalimat indah yang tertuang pada pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa kemerdekaan Republik Indonesia adalah pemberian dan rahmat dari Allah SWT merupakan bukti nyata bahwa lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan hasil konsensus para tokoh agama dan pejuang nasionalis, “ujarnya.
Diungkapkannya, sejarah telah mencatat bahwa peran para tokoh agama dari masa ke masa sangat signifikan. Hal ini disebabkan karena para tokoh agama adalah pewaris para Nabi yang bertugas memahamkan ajaran Tuhan kepada umatnya sekaligus menjadi panutan dalam setiap ucapan dan perilakunya.
“Ada beban moral yang sangat berat di pundak para tokoh agama karena dituntut “beramar makruf nahi munkar” atau menyampaikan yang baik dan melarang yang mungkar sehingga terwujud umat yang mentaati Tuhan, Rasul dan para pemimpinnya, dengan bahasa yang singkat umat yang beriman dan bertaqwa dan berakhlak mulia, “imbuhnya.
Lebih lanjut Alumni Akmil 1991 ini menjelaskan bahwa dalam menjalani tugas dan perannya sebagai alat pertahanan negara, TNI AD sangat memerlukan keteribatan para tokoh agama khususnya guna membangun fondasi mental dan idiologi yang kuat dan tangguh.
“kita harus bersama-sama membangun dan menumbuhkan kembali rasa kecintaan dan kesetiaan pada NKRI. Demikan juga dengan prajurit TNI AD, sehingga kami dapat mengemban tugas-tugas negara yang dibebankan kepadanya’” terangnya
Dijelaskan Brigjen TNI Asep Syaripudin, Disbintalad merupakan salah satu fungsi khusus TNI AD yang menyelenggarakan pembinaan mental terhadap personel TNI AD beserta keluarganya dalam rangka mendukung tugas pokok TNI Angkatan Darat, khususnya dibidang fungsi Bintal rohani keagamaan, ideologi dan kejuangan.
Kegiatan komunikasi sosial dengan tokoh lintas agama ini sejalan dengan kebijakan Kasad Jenderal TNI Mulyono tentang pentingnya upaya pembangunan dan pemeliharan nilai-nilai Imunitas Bangsa, dan program revolusi mental yang dicanangkan oleh pemerintah guna menangkis berbagai isu sensitif yang dapat memecah persatuan dan kesatuan bangsa.
Sebelum mengakhiri, Kadisbintalad menitipkan pesan dari Kasad Jenderal TNI Mulyono agar seluruh komponen bangsa harus mampu menjadikan keragaman bangsa yang ada tdak dijadikan sebagai perbedaan, melainkan sebagai perekat dan memperkuat persatuan dan kesataun bangsa.
Kegiatan Komsos ini juga dihadiri oleh Dirjen Bimas Kementerian Agama RI, Kepala Pusat Bimbingan dan Pendidikan Agama Konghuchu, Ketua MUI, Ketua PGI, Ketua KWI, Ketua PHDI, Ketua Walubi Matakin dan Romo Franz Magnis Suseno.