Kubu Raya – Kodam XII/Tanjungpura menggelar Seminar Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla), hal tersebut dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-73 Tentara Nasional Indonesia, di Aula Makodam XII/Tpr, Jalan Arteri Alianyang, Kubu Raya, Kalbar.
Seminar Penanggulangan Karhutla dibuka secara resmi oleh Panglima Kodam XII/Tpr, Mayjen TNI Achmad Supriyadi dan dihadiri Danlantamal XII/Pontianak Laksamana TNI Gregorius Agung W, Kasdam XII/Tpr, Brigjen TNI Alfret Denny Tuejeh, Danrem 121/Abw, Brigjen TNI Bambang Ismawan, Wakil Gubernur Kalbar H Ria Norsan, Danrem 102/Pjg, Forkompinda Kalbar dan Mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi di Kalimantan Barat.
Dalam seminar tersebut, selaku moderator Bapak Dr H. Firdaus Ahmad, M.A, Nara Sumber Brigjen TNI Bambang Ismawan, S.E, M.M, Bapak Drs. T.T.A Nyarong, M.Si, dan Bapak Dr. Ir. H. Gusti Hardiansyah, M.Sc., QAM, IPU, sedangkan Notulen Bapak Dr. Ibrahim, MS, M.A, bertindak selaku pemapar yaitu ketua BEM UPB, LK. Putra Situngkir, Ketua BEM IAIN, Muhammad Hakiki dan Ketua BEM Untan Muhamad Al Iqbal.
“Membangun Empati dan Tanggung Jawab bersama Masyarakat, Pengusaha dan Pemerintah terhadap Kebakaran Hutan dan Lahan di Kalimantan Barat,” itulah tema yang diusung saat Seminar Penanggulangan Karhutla.
“Persoalan kebakaran hutan dan lahan ini pantas untuk diangkat sebagai topik dalam suatu kegiatan seminar yang melibatkan pihak pemerintah maupun Stackholder yang berkaitan dengan peran serta dan fungsi tugasnya dalam menyelesaikan permasalahan kebakaran hutan dan lahan,” jelas Mayor Jenderal TNI Achmad Supriyadi, saat membuka Seminar Penanggulangan Karhutla di Aula Kodam XII/Tpr, Kamis (27/9/2018).
Panglima Kodam XII/Tpr berharap, kegiatan ini dapat membawa manfaat dan penyelamat sehingga tidak muncul lagi Kebakaran Hutan dan Lahan di kemudian hari di wilayah Kalbar.
“Kabut asap yang menyelimuti Wilayah Kota Pontianak dan sekitarnya menimbulkan dampak yang negatif terhadap kehidupan masyarakat,” ujar Panglima Kodam XII/Tpr, Mayor Jenderal TNI Achmad Supriyadi.
Dikatakannya, dampak Karhutla yang ditimbulkan diantaranya terhadap lalulintas udara, pendidikan dan juga menganggu terhadap kesehatan masyarakat dan perekonomian. Transportasi darat, laut dan udara banyak menjadi terkendala, apa lagi dilihat dari kaca mata arus transportasi udara.
Permasalahan lalulintas udara, jadwal penerbangan banyak terjadi penundaan bahkan sampai pembatalan jadwal penerbangan akibat jarak pandang yang relatif pendek dan terbatas, sehingga menyulitkan untuk dilaksanakannya baik take off maupun landing pesawat.
Lanjutnya, pada bidang pendidikan mengakibatkan kondisi yang memaksa pemerintah setempat untuk meliburkan aktivitas belajar mengajar di sekolah, hal tersebut bertujuan, mengantisipasi timbulnya dampak gangguan kesehatan terhadap para murid sekolah.
“Jadi, dampak asap dari Karhutla terhadap gangguan kesehatan, dimana asap yang ditimbulkan menjadi polusi udara yang dapat menyebabkan penyakit pada saluran pernapasan seperti Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), asma dan penyakit paru,” tuturnya.
Sedangkan pengaruh terhadap perekonomian yaitu, perdagangan, hotel, industri makanan, kontrak bisnis yang batal, atau berkurangnya wisatawan yang berkunjung, harus terhambat akibat dampak Karhutla ini.
“Saat ini, kami lebih mengedepankan peran mahasiswa terlebih dahulu sebagai akademisi yang akan menjadi calon-calon pemimpin di kemudian hari, untuk diajak memberikan saran dan sumbangsihnya dalam penanggulangan Karhutla di Kalbar,” katanya.
Hutan di Indonesia merupakan sebuah fenomena, hutan sebagai karunia yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia telah menempatkan Indonesia dikenal sebagai salah satu negara pemilik hutan tropika terbesar di dunia setelah Brazil dan Zaire. Suatu hal yang patut disyukuri dan bangga sebagai warga bangsa Indonesia. Tetapi di lain pihak, hutan yang seharusnya diurus dan dimanfaatkan secara optimal dengan memperhatikan aspek kelestarian telah mengalami degradasi dan deforestasi akibat kebakaran hutan dan lahan.
Betapa masalah Karhutla dari tahun ke tahun tetap menjadi momok atau problem pada umumnya di luar negeri dan negara kita Indonesia, serta pada khususnya lagi di Provinsi Kalbar.