Ambon, 16 November 2018 (Humas Bakamla RI)— Dalam rangka Bina Kreasi Maritim Bakamla, Stasiun Pemantauan Keamanan dan Keselamatan Laut (SPKKL) Ambon memfokuskan kegiatan bagi masyarakat nelayan dan pelajar melalui sosialisasi ke dua lokasi desa nelayan dan satu sekolah dasar di Kota Ambon, Maluku, beberapa waktu lalu.
Sasaran yang dituju yaitu Desa Latuhalat, dengan lokasi di Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon, kemudian Desa Hitu Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah dengan kegiatan dilaksanakan di rumah warga nelayan, dan juga kunjungan ke SD YPPK Kristen Seri Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon.
Kegiatan digelar selama dua hari. Adapun materi yang disampaikan antara lain tentang fungsi dan wewenang Bakamla Zona Maritim Timur, fungsi dan wewenang SPKKL Ambon, dan yang tak kalah menariknya yaitu ajakan kepada siswa siswi Sekolah Dasar Kristen Seri untuk mencintai laut dan pantai serta menjaganya dari segala kerusakan disampaikan melalui tayangan video. Selaku nara sumber yaitu Kabid Operasi Zona Maritim Timur Kolonel Laut (P) Siswo Widodo, S.T., dan Kepala SPKKL Ambon Sammy M. Picauly, S.Pi.
Rupanya kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan sebagai bagian dari Bina Kreasi Maritim ini menghasilkan banyak temuan permasalahan di lapangan. Nelayan melaut dengan kondisi seadanya, sehingga tidak luput dari berbagai ancaman kecelakaan dilaut. Salah satu ancaman yang sering terjadi adalah hilangnya nelayan di tengah laut karena mati mesin maupun ombak besar. Pencarian korbanpun hanya mengandalkan kekompakan dan gotong royong. Pada tahun 2018 terjadi dua kasus kecelakaan dilaut yang menyebabkan ada nelayan hilang dan baru ditemukan setelah dua hari serta dua nelayan hilang yang sampai saat ini tidak ditemukan. Dengan adanya sosialisasi ini Bakamla menghimbau nelayan agar segera membuat laporan kepada aparat apabila ada masalah seperti itu.
Dari sosialisasi ini pula didapati keluhan masyarakat terhadap nelayan yang menangkap ikan dengan menggunakan sejenis bahan kimia yang sudah di campur dengan tinta cumi, menyebabkan ikan langsung mati dan mengapung di permukaan laut. Selain itu juga menyebabkan tangkapan nelayan mengalami penurunan.
Kendala lain dihadapi nelayan Desa Hitu, mengatakan armada yang dimiliki tidak memiliki surat izin karena proses pengurusan membutuhkan biaya yang mahal dan waktu yang lama disebabkan kantor pengurusan beda pulau.
Sementara itu, siswa/siswi SD YPPK Kristen Seri menyambut sukacita keberadaan Bakamla. Hasilnya, melalui kegiatan ini para siswa termotivasi untuk menjaga kebersihan pantai, pasalnya selama ini banyak yang masih menjadikan pantai sebagai tempat pembuangan sampah.