PK,.JAKARTA,.Mewujudkan prajurit mental tangguh diperlukan pembinaan mental secara terarah, sistematis, terpadu, konsisten dan berkesinambungan, salah satunya melalui sarasehan Bintal TNI AD dalam memunculkan ide-ide cemerlang yang bisa dijadikan sebagai rujukan demi kebaikan ke depan.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Pembinaan Mental Angkatan Darat (Kadisbintalad) Brigjen TNI Asep Syarifudin dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Sekretaris Dinas Pembinaan Mental Angkatan Darat (Sesdisbintalad) Kolonel Arm Umar Sanusi pada pembukaan sarasehan Bintal TNI AD, di Aula Madisbintalad, Jakarta, Kamis (28/11/2018).
Kadisbintal mengatakan, seiring panggilan tugas dan komitmen TNI untuk mempersembahkan dharmabaktinya bagi bangsa dan negara, setiap pribadi prajurit TNI dituntut memiliki mental yang tangguh dalam menjalankan tugas pokoknya dengan selalu menjunjung tinggi Sapta Marga dan memegang teguh Sumpah Prajurit.
“Sarasehan ini sebagai sarana mengevaluasi sejauh mana kegiatan Bintal melalui program-programnya mampu meningkatkan kualitas mental prajurit menjadi mental yang tangguh baik secara rohani, ideologi maupun kejuangan sehingga mampu melaksanakan tugas dengan baik dan berhasil,”ujarnya.
Kadisbintal menjelaskan, mental yang tangguh dapat dilihat pada sosok prajurit yang memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki akhlak yang mulia, nasionalisme yang tinggi, cinta tanah air, bangga dengan bangsanya, sehingga rela berkorban demi membela dan memperjuangkan NKRI. “Selain itu, mempunyai militansi yang kuat, semangat pantang menyerah, rela berkorban, sifat keperwiraan , disiplin, solid dan cinta NKRI,”tegasnya.
Lebih lanjut disampaikan, Bangsa Indonesia memiliki sejarah panjang mulai dari era kerajaan, zaman penjajahan, zaman kemerdekaan sampai era globalisasi sekarang. Masing-masing zaman memiliki pejuang-pejuang handal bermental tangguh yang telah mengukir sejarah perjalanan bangsa terutama dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
“Panglima Besar Jenderal Sudirman merupakan sosok pejuang dan prajurit sejati yang memiliki mental yang tangguh, disamping punya jiwa nasionalisme dan militansi beliau juga dikenal sebagai sosok tentara yang alim, taat beribadah. walau dalam kodisi sakit parah sekalipun tidak membuat beliau lemah dan gampang menyerah, malahan dengan semangat yang menggelora mampu membakar semangat juang prajurit dan pejuang lainnya,”sebutnya.
Menurut Kadisbintalad, derasnya arus globalisasi telah membawa dampak negatif terhadap kehidupan prajurit, terjadinya degradasi moral, mental, hilangnya rasa nasionalisme dan patriotisme, sehingga berdampak terhadap kinerja prajurit, menurunnya disiplin, bahkan tidak sedikit yang terjebak pada berbagai macam tindak pelanggaran.
“Globalisasi akan melindas bangsa-bangsa di dunia termasuk Indonesia, yaitu bagi mereka yang tidak memiliki karakter yang kuat, kepribadian yang kuat dan ketahanan nasional yang kuat. begitu juga dengan prajurit bila tidak memiliki mental yang tangguh maka dia juga ikut tergilas,” ucapnya.
“Prajurit yang tidak memiliki mental tangguh akan mudah terombang ambing ditengah derasnya arus globalisasi. Mereka seakan menjadi orang yang lemah, gampang mengeluh dan menyerah dengan keadaan, disiplin dan kinerja juga menurun, tidak jarang terjebak pada perbuatan-perbuatan melawan hokum, sehingga tidak mampu menyelesaikan tugas dengan baik dan berhasil,” ungkap mantan Dandenma Mabesad ini.
Brigjen TNI Asep juga mengungkapkan, pelanggaran yang dilakukan prajurit diantaranya penyalahgunaan narkoba, memasuki tempat terlarang, judi, perkelahian, baik antara TNI dengan Polri, sesama TNI, aksi penyelundupan, ilegal logging dan tidak sedikit ujung dari proses hukumnya adalah dipecat.
“Namun masih banyak prajurit-prajurit sejati memiliki mental tangguh, yang memiliki segudang prestasi sehingga mampu mengharumkan nama bangsa khususnya TNI AD di kancah dunia, diantaranya keberhasilan pembebasan sandera di Filipina oleh pasukan Kostrad, pembebesan sandera di pesawat garuda oleh Pasukan Anti Teror Kopassus, keberhasilan pasukan kontingen garuda di Lebanon dan Kongo, prestasi juara dunia 13 kali dalam juara tembak AARM, begitu juga dengan operasi kemanuasiaan seperti gunung meletus, gempa tsunami, banjir dan Karhutla,” pungkasnya.
Hadir pada sarasehan ini diantaranya Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar, Prof.DR. Mahmud, M.SI dan Prof. DR. Romo Frans Magnis Suseno.
Jenderal TNI (Pur) Agum Gumelar dalam ceramahnya mengatakan, radikalisme menjadi ancaman utama yang harus diwaspadai.
“Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi,” ujar Jenderal TNI (Pur) Agum Gumelar.
Sementara itu Romo Frans Magnis Suseno menegaskan bahwa Sumpah Pemuda tahun 1928 merupakan cikal bakal berbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keragaman Bangsa Indonesia Indonesia telah dipersatukan oleh Bhinneka Tunggal Ika.
“Pada masa sekarang ini seharusnya sudah tidak ada lagi koflik agama, konflik suku dan lainnya,”ujar Romo Frans Magnis Suseno.
Hal senada dengan kedua pembicara tersebut, Prof. DR. Mahmud, M.Si yang juga Rektor UIN Bandung mengatakan, kerukunan umat beragama merupakan perekat persatuan Bangsa Indonesia, Pancasila telah menjadi pemersatu keragaman Bangsa Indonesia.