PK,.Lampung Selatan (2 Januari 2019) – Ratusan anak-anak dan warga terdampak tsunami di Lampung Selatan menyambut Presiden Joko Widodo yang mengunjungi mereka di Posko Pengungsian Terpadu Lapangan Tennis Indoor, Kalianda, Lampung Selatan. Pada saat kedatangan, Presiden disambut dengan mars dan yel-yel TAGANA.
Berdasarkan penjelasan dari Humas Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial RI yang diterima redaksi media ini,Presiden kemudian mendekati anak-anak yang sedang mengikuti kegiatan Layanan Dukungan Psikososial (LDP). Dipandu Tim LDP Kemensos, anak-anak terlihat bergembira, menyanyi dan tertawa.
“Anak-anak bagaimana kabarnya?” sapa Presiden Joko Widodo seraya duduk lesehan di bawah tenda, berbaur dengan kerumuman anak-anak.
Tampil sederhana dengan kemeja putih dipadu celana jins biru, Presiden lantas memberikan tebak-tebakan dan beragam pertanyaan. Mulai dari menanyakan nama-nama sayuran, nama hewan, nama pulau, hingga soal matematika dasar seperti penambahan dan perkalian. Anak-anak serta-merta berebut mengangkat jari telunjuk tangan kanan mereka ke atas dan bersiap menjawab pertanyaan.
Suasana seketika menjadi meriah, anak-anak antusias menjawab sementara orangtua mereka mengawasi dari jauh. Tak lupa Presiden juga menyisipkan pesan agar anak-anak rajin belajar kendati masih berada di tempat pengungsian.
“Semuanya pintar-pintar, ini hadiahnya ya,” tutur Presiden seraya membagikan buku untuk anak-anak.
Riana (30), warga Pulau Sebesi, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan mengaku senang Presiden Joko Widodo mengunjungi pengungsian.
“Saya ingin menyampaikan terima kasih. Di sini (pengungsian, red) kebutuhan kami tercukupi dengan layak. Makanan cukup, minuman cukup,” katanya.
Ibu dua anak ini juga menaruh harapan, agar kedatangan Presiden ini membawa kabar baik baginya dan para pengungsi lainnya. “Saya ingin pulang, ingin menengok rumah yang sudah seminggu saya tinggalkan. Mudah-mudahan kondisi cuaca semakin membaik dan Pak Presiden mengizinkan kami pulang,” katanya.
Bagi Riana, berada di pengungsian cukup nyaman karena lokasinya jauh dari pantai, kini untuk sementara waktu ia tidak was-was lagi, kebutuhan sandang dan pangan juga tersedia cukup. Namun sesekali ia teringat rumah dan kambing ternak yang ada di Pulau Sebesi.
“Semoga dalam waktu dekat kami boleh kembali ke rumah agar bisa mengurus kebun dan ternak lagi,” katanya.
Menurut Riana, kunjungan Presiden tidak hanya membuat anak-anak ceria, namun juga menguatkan para orangtua. Selain itu, banyaknya relawan yang datang dan menyapa membuat mereka merasa diperhatikan dan tidak sendiri menghadapi bencana tsunami.
“Alhamdulillah kalua ada kunjungan seperti ini anak-anak terhibur, ibunya juga senang karena anak-anak bisa bergembira lagi. Saya khawatir anak-anak jadi trauma,” tuturnya.
Usai menemui anak-anak, Presiden didampingi Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita menemui para pengungsi. Presiden menanyakan bagaimana kebutuhan dasar warga apakah sudah tercukupi atau belum seperti kebutuhan makan, sandang, maupun kondisi tempat tinggal sementara mereka sekarang.
Presiden kemudian menemui tiga ahli waris korban meninggal untuk menyerahkan santunan. Santunan diberikan sebesar Rp15 juta per jiwa. Presiden menepuk pundak seorang bapak yang menerima santunan seraya membisikkan sesuatu. Pria tua berkaos hitam itu tampak mengangguk-angguk dengan mata berkaca-kaca.
Turut mendampingi Presiden dalam kunjungan ini Menko Polhukam Wiranto, Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko.
Ditemui usai kunjungan Presiden, seorang pengungsi yang juga Ketua RT 15 di Dusun IV Sigenom Desa Tejang Pulau Sebesi, Tous Sofiyan (46) mengatakan setelah kejadian tsunami pada 22 Desember 2018 lalu, warga yang masih berdiam di bukit diminta turun oleh Sekretaris Desa. Mereka kemudian diminta untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman mengingat kondisi cuaca buruk dan Gunung Anak Krakatau yang berstatus Waspada.
“Kami diangkut menggunakan kapal. Perjalanan sekitar 2,5 jam. Lalu kami ditempatkan di lapangan tenis ini,” tutur Sofiyan didampingi istri dan anaknya duduk di matras pengungsian.
Ia menceritakan gelombang air yang tinggi menghantam pemukiman warga sebanyak dua kali. Sesaat setelah kejadian, warga mengungsi ke tempat yang lebih tinggi dan dirasa aman. Sehari setelah tsunami, Sofiyan mendata warganya dan kerusakan rumah.
“Ada 45 KK (120 jiwa) terdapat satu otang luka, sembilan rumah rusak berat dan 19 rumah rusak ringan,” tuturnya.
Tsunami di Provinsi Lampung
Seperti diketahui tsunami di Provinsi Lampung menyebabkan kerusakan di Kabupaten Lampung Selatan, Tanggamus, dan Pesawaran. Pemerintah Provinsi Lampung telah menetapkan status tanggap darurat pada 22 Desember 2018 hingga 31 Maret 2019. Sementara Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan menetapkan status tanggap darurat 23–29 Desember 2018, kemudian diperpanjang 30 Desember 2018–5 Januari 2019.
Dampak tsunami hingga 31 Desember 2018 berdasarkan data BNPB sebanyak 120 jiwa meninggal (Lampung Selatan 118 jiwa, Tenggamus 1 jiwa, dan Pesawaran 1 jiwa). Dari jumlah tersebut, 9 di antaranya merupakan Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan (KPM PKH).
Tsunami juga menyebabkan 7 jiwa hilang, 108 jiwa luka berat/rawat inap, 108 jiwa mengungsi, 625 rumah rusak (termasuk 167 KPM PKH dan Kartu Keluarga Sejahtera/KKS hilang), 7.942 jiwa mengungsi.
Mensos mengatakan untuk pemenuhan kebutuhan tempat tinggal sementara dan perlengkapan terdiri dari tenda serba guna keluarga dan tenda gulung 332 unit, velbed, selimut dan kasur busa 1.600 unit, perlengkapan keluarga dan anak-anak 400 paket.
Sementara untuk pemenuhan kebutuhan makanan, telah disalurkan makanan siap saji dan lauk pauk 3.600 paket, mie Instan 32.000 bungkus, serta pengoperasian Dapur Umum Lapangan di 8 titik dengan produksi 24.000 nasi bungkus/hari, serta dapur mandiri yang dikelola oleh masyarakat.
“Dapur umum dioperasikan oleh TAGANA. Total yang terlibat adalah 175 TAGANA terdiri dari Lampung Selatan, Tanggamus, Kota Lampung, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Bangka Belitung.
Titik Lokasi Dapur Umum adalah MTS Way Muli Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan, Desa Krinjing Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan, Cugug, SMA Negeri 1 Kalianda, Tennis Indoor Kalianda, Balai Desa Toto Harjo, Kantor Gubernur Lampung, dan Masjid Al Furqon.
Total bantuan sosial tanggap darurat dari Kemensos adalah Rp1.290.444.700 terdiri dari bantuan logistik Rp1.185.444.700 dan santunan ahli waris untuk 7 orang sebesar Rp105.000.000
Untuk memberikan penguatan kepada warga terdampak tsunami, Kementerian Sosial juga memberikan Layanan Dukungan Psikososial (LDP) yang dilaksanakan 56 petugas termasuk 12 Peksos Supervisor Program Keluarga Harapan (PKH).
Mereka bertugas di 2 Pos LDP dan menyebar ke titik pengungsian lainnya. Dua titik LDP di Lapangan Tennis Indoor, Kalianda, Lampung Selatan dan Kantor Gubernur Provinsi Lampung. Kegiatan ini dihadiri 1000–1500 pengungsi anak-anak/ibu-ibu per hari.
Bentuk kegiatan di antaranya psikoterapi, play therapy, pengajian, istighosah, hypnotherapy, psiko edukasi. Kemensos juga diperkuat 11 petugas Sakti Peksos Kementerian Sosial dibantu tiga orang petugas Dinas Sosial Provinsi Lampung.