Larantuka, 30 Juni 2019—Larantuka merupakan kota Pelabuhan yang berada tepat di bawah kaki gunung Mandiri dan merupakan salah satu lokasi dengan aktifitas pelabuhan teramai di NTT. Kota dengan julukan kota Bunda Maria atau Reinha Rosari ini merupakan kota di pesisir yang diapit oleh dua pulau yakni Pulau Adonara dan Pulau Solor.
Guna mendukung Tol Laut dan konektivitas antar pulau, antara Pelabuhan dengan pelabuhan lainnya di Kawasan Timur Indonesia (KTI), Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) melakukan survei dan pemetaan hidro-oseanografi di perairan Larantuka- NTT, untuk memperbarui data Alur Pelabuhan dan Perairan Pelabuhan Larantuka serta Publikasi Nautika perairan tersebut.
“Survei ini dilaksanakan guna mendukung Tol Laut dan konektivitas antar pulau di wilayah Timur Indonesia Khususnya di Perairan Larantuka dengan pelabuhan lainnya, untuk mengurangi diparitas harga barang antar Provinsi dan antar Pulau serta menjamin keselamatan navigasi dan keamanan pelayaran di perairan tersebut” Kata Kapushidrosal Laksamana Muda TNI Dr. Ir. Harjo Susmoro, S.Sos., S.H., M.H. (30/06/2019).
Menurutnya, Pelabuhan Larantuka merupakan lokasi transportasi utama di Kabupaten Flores Timur untuk berhubungan dengan Pulau-Pulau sekitarnya termasuk dengan kota Kupang Ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pelabuhan Larantuka terpetakan dalam Peta Laut Indonesia (PLI) Nomor 301 berdasarkan sumber data survei pada perairan Larantuka terakhir, yang dilaksanakan survei hidrografi Belanda pada tahun 1908-1909. Sehingga sudah terjadi banyak perubahan kedalaman di perairan dan morfologi pantai sehingga memerlukan pemutakhiran data survei Hidro-Oseanografi.
Berkaitan dengan hal tersebut Pushidrosal menggelar Operasi “Kerta wardana 04-2019” dibawah pimpinan Komandan Unit Survei -7 Mayor Laut (P) A. Agus Sutomo, S.T. Operasi Kerta wardana 04-2019 bertugas melaksanakan operasi survei Hidro-Oseanografi yang meliputi akuisisi, pengumpulan, pengolahan dan penyajian data Hidro-oseanografi di perairan Larantuka, Flores Timur NTT, yang dalam beberapa hari lagi akan segera menuntaskan tugasnya melakukan Update data Hidrografi, Oseanografi, Geografi Maritim serta sarana bantu navigasi pelayaran di perairan tersebut.
Kabupaten Flores Timur merupakan penghasil kacang mede (jambu mete) sebesar 11.344 ton yaitu sebesar 44.67% dari total produksi tanaman perkebunan di Flores Timur, Kecamatan penghasil jambu mete terbesar yaitu kecamatan Tanjung Bunga sebesar 1.863 ton, sebagai sumber pendapatan tambahan masyarakat setempat.
“Dengan tol laut dan konektivitas antar pulau lancar, diharapkan proses distribusi barang (terutama bahan pangan) dan komoditas di Indonesia, utamanya di kawasan Timur Indonesia menjadi semakin mudah. Selain itu data survei yang diperoleh dapat digunakan oleh Pemda setempat utuk perencanaan tata ruang di laut dan pengelolaan sumberdaya kelautan.” Pungkas Kapushidrosal.