PK,.PAPUA,.—Satgas Yonif 713/ST yang saat ini bertugas di Papua Sektor Utara merupakan satuan yang berasal dari Sulawesi tepatnya dari Gorontalo di bawah Korem 133/Nani Wartabone.
Dalam sejarah Gorontalo ada sebuah peristiwa heroik yang di kenang sampai dengan saat ini yaitu
HARI PATRIOTIK 23 JANUARI 1942, yang perjuangannya di pimpin langsung oleh : “NANI WARTABONE”.
Di tengah sedang melaksanakan tugas pengamanan perbatasan Satgas Yonif 713/ST yang bermarkas di Gorontalo tidak lupa akan sejarah itu sehingga bersama-sama dengan masyarakat Gorontalo yang ada di Papua ini yang tergabung dalam KKIG (Kerukunan Keluarga Indonesia Gorontalo) Provinsi Papua melaksanakan berbagai macam kegiatan seperti yang dilaksanakan saat ini yaitu acara makan sumbang kuliner khas Gorontalo yang dilaksanakan di pantai Hamadi dekat ring road Papua. Minggu (19/01/2020)
Adapun kronologi hari Patriotik 23 Januari 1942 berawal dari ketika pasukan Nani Wartabone dengan rakyat dari Suwawa dan daerah yang di laluinya, tiba di kota Gorontalo. Anak buah Pendang Kalengkongan dan Ardani Ali dari polisi segera bergabung. Yang mula-mula di kuasai adalah tangsi polisi dan penangkapan terhadap kepala polisi Belanda. Nani Wartabone mengigatkan; “Markas dan tangsi polisi telah di kuasai oleh pemuda dan rakyat. Sebaiknya Tuan menyerah saja”.
Kepala polisi yang besar itu ingin mencabut pistolnya, tetapi bedil Nani Wartabone telah di todongkan ke perutnya. Segera pasukan hulunga menyerbu, merampas pistol dan melekatkan pedang, pisau dan keris ke tubuh orang Belanda itu. Ia segera diringkus dan di jaga oleh beberapa pemuda. Dari sana pasukan itu menuju rumah kontrolir.
Orang ini terkenal dengan tatapan matanya yang tajam dan menakutkan. Nani Wartabone dengan para pemuda mendekatinya dan tidak takut dengan tatapan mata penjajah itu. Kontrolir masih menanyakan: “Mengapa kamu datang kesini? Apa perlunya? Segera pulang!”. Belum selesai perkataannya, Nani Wartabone telah menodongkan bedilnya, yang di ikuti gerak cepat para pemuda.
Hampir terjadi insiden, namun Nani Wartabone mengigatkan: “tidak boleh seorang pun yang menyakitinya atau keluarganya. Barang-barang milik orang Belanda tidak boleh di ambil. Siapa yang melanggar perintah ini, Akulah yang akan mengadilinya”. Kontrolir segera dijaga oleh beberapa pemuda di rumahnya.
Itulah sedikit cerita yang melatar belakangi peristiwa Hari Patriotik 23 Januari 1942 untuk itu peristiwa 23 Januari 1942 menjadi lambang keberhasilan perjuangan yang sampai kini diperingati oleh rakyat Gorontalo.
Di mana saja ada kelompok orang Gorontalo, baik penduduk asli maupun keturunan, selalu berupaya memperingati peristiwa patriotik itu, bagi masyarakat Gorontalo, peristiwa itu dipandang sebagai aksi yang bersifat nasional di daerah, karena hakikat perjuangannya bukan semata untuk rakyat Gorontalo, tetapi adalah bukti perjuangan kebangsaan yang untuk meraih kemerdekaan.