PK. Jakarta,.—- Komandan Korps Marinir (Dankormar) Mayjen TNI (Mar) Suhartono, M.Tr (Han) menceritakan keberhasilan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam operasi pembebasan kapal MV Sinar Kudus dari pembajak di Somalia kepada tim podcast Pusat Penerangan (Puspen) TNI di Monumen Yasa Wira Ksatrian Hartono Cilandak Jakarta Selatan. Rabu, (19/08/2020).
Dankormar yang saat itu menjabat sebagai Komandan Detasemen Jalamangkara (Dandenjaka) Korps Marinir TNI AL, dan terlibat langsung dengan operasi pembebasan kapal MV Sinar Kudus dari pembajak di Somalia, menceritakan secara rinci peristiwa tersebut kepada tim podcast Puspen TNI. Diawali dari Susilo Bambang Yudhoyono yang saat itu menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, menerima laporan bahwa kapal MV Sinar Kudus bermuatan ferro nikel yang berlayar dari Sulawesi menuju Rotterdam Belanda dibajak di perairan Laut Arab pada tahun 2011.
Kabar pembajakan kapal berbendera Indonesia segera ditanggapi pemerintah. Presiden langsung menggelar rapat terbatas, saat itu juga diputuskan, kapal dan anak buah kapal harus dibebaskan. Negosiasi dengan pembajak menjadi pilihan sambil menyiapkan operasi militer.
Operasi militer menjadi tanggungjawab TNI, Panglima TNI saat itu Laksamana Agus Suhartono segera menyiapkan pasukan khusus TNI AL, Detasamen Jala Mangkara (Denjaka) untuk menjalankan tugas pembebasan kapal. Denjaka mendapat perkuatan Sat 81/Penanggulangan Teror Komando Pasukan Khusus TNI AD, pasukan Intai Amfibi Marinir, Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL, KRI Abdul Halim Perdanakusuma-355, KRI Yos Sudarso-353, satu kapal LPD KRI Banjarmasin-592, satu helikopter, sea riders serta LCVP.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyetujui rencana operasi yang dibuat oleh Komandan Korps Marinir (Dankormar) yang saat itu dijabat oleh Mayjen TNI (Mar) M. Alfan Baharudin. Kapal MV Sinar Kudus dikuasai pembajak, difungsikan sebagai kapal induk perompak di perairan El Dhanan, Somalia. Sinar Kudus berada ditengah kumpulan kapal-kapal pembajak.
Pasukan penyerbu segera bersiap, mereka menunggu perintah, melakukan serbuan kilat ke kapal.
Menyikapi situasi yang tidak menentu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memutuskan mengirimkan kekuatan tambahan. Satu kapal Landing Platform Deck (LPD) dilengkapi tank amfibi berkekuatan satu peleton marinir dari Batalyon Intai Amfibi 1 dan satu kompi pasukan Brigade Infanteri 2 Marinir. Kekuatan pasukan tersebut bersandi Operasi Merah Putih. Mereka bersiap dengan situasi serbuan pantai ke Afrika. Untuk merebut tumpuan pantai, pasukan marinir mengerahkan tank amfibi bersenjatakan lengkap. Mereka bersiap melancarkan serangan, membebaskan MV Sinar Kudus dengan berbagai pilihan strategi tempur.
Tiga sea rider yang diawaki pasukan khusus TNI dan salah satu sea rider diawaki langsung oleh Dandenjaka (saat ini Dankormar) bergerak menyerbu. Di udara, helikopter bersenjata General Purpose Machine Gun (GPMG) 7,62 mm melindungi gerak pasukan. Ancaman lain datang, ketika pasukan berkonsentrasi menyergap perampok yang bergerak meninggalkan kapal, ternyata kelompok perampok lain berusaha menguasai kapal MV Sinar Kudus. Pasukan langsung mengamankan kapal. Pertempuran terjadi di tengah ombak tinggi. Tembakan dilepaskan dari berbagai penjuru. Tidak mudah membidik sasaran saat terombang-ambing di tengah ombak. Namun, sasaran berhasil dilumpuhkan. Empat perampok tewas diterjang timah panas, mayatnya terlempar ke tengah laut yang sedang mengganas. Perahu motor perampok segera dikuasi pasukan khusus TNI.
Kapal MV Sinar Kudus bersama semua awak kapal yang sudah dibebaskan bergerak meninggalkan perairan Somalia menuju pangkalan aju Salalah Oman, dengan kawalan KRI Yos Sudarso-353 dan KRI Abdul Halim Perdanankusuma-355.
Sejumlah anggota pasukan khusus TNI ditempatkan di MV Sinar Kudus untuk memastikan keamanan kapal yang baru dibebaskan dari gangguan perompak laut Somalia. Demikian penjelasan Dankormar kepada Tim Podcast Puspen TNI, yang diakhiri dengan foto bersama di Monumen Yasa Wira dengan Tim Podcast.