Cerita dari Museum Dirgantara Mandala Tentang Kejayaan TNI AU di Masa Lalu

Cerita dari Museum Dirgantara Mandala Tentang Kejayaan TNI AU di Masa Lalu

TNI AU

Oleh : Andi Tom Ryan Pandiangan

Mengunjungi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala di Yogyakarta, seperti mengenang masa kejayaan TNI AU di masa lalu yang membuat Indonesia disegani di kawasan Asia, dan mendapat julukan Macan Asia.

Deretan pesawat berbagai jenis terpampang menawan di lahan seluas kurang lebih 4,2 Ha Komplek Pangkalan Udara Adisutjipto, Yogyakarta. Seluruhnya adalah milik Museum kedirgantaraan paling lengkap di Indonesia.

Foto : Museum Dirgantara Mandala TNI AU

Pada Sabtu (26/3/2022), Kepala (Muspusdirla) Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala Kol. Sus Yuto Nugroho menyebut kepada portal-komando.com “Ada 3600 sekian pesawat yang dipamerkan disini. Pesawat-pesawat ini terdiri dari berbagai jenis, ada pesawat tempur, pesawat angkut, ada pesawat helly dan pesawat amphibi yang terakhir ada koleksi pesawat N250 maha karya bapak B.J. Habibie,” lanjut Kolonel Yuto.

“Tugas utama kami adalah untuk membangkitkan semangat dirgantara generasi sekarang. Dengan mengunjungi museum dirgantara mandala maka generasi sekarang, generasi millenial tahu bagaimana TNI AU sejarahnya, perkembangannya, perannya, operasi-operasinya sehingga ketika anak-anak ini keluar dari gedung museum dirgantara mandala yang ada di dalam pikirannya adalah semangat kedirgandataraan untuk ikut menjaga wilayah udara Indonesia,” ujarnya.


Foto : Museum Dirgantara Mandala TNI AU

Lebih lanjut Kol. Yuto bercerita. TNI AU tidak lepas dari sebutan Macan Asia di masa lalu dan bukti-bukti macan asia itu ada di Muspusdirla ini. Misalnya pesawat TU 16 yang dipersiapkan untuk melawan Belanda pada operasi peristiwa Trikora atau Tri Komando Rakyat yang dicanangkan Presiden Soekarno dalam rapat
raksasa di Alun-Alun Utara Yogyakarta pada 19 Desember 1961, dalam rangka menyelenggarakan operasi militer guna menggabungkan Irian Barat ke pangkuan Indonesia.

Dimana pada waktu itu, Belanda masih bersikeras bercokol dan menguasai Irian Barat, Belanda yang melihat Indonesia akan berusaha membebaskan Irian dengan kekuatan militer tidak tinggal diam melihat persiapan-persiapan yang dilakukan oleh Indonesia.

Awalnya Belanda mengajukan protes kepada PBB dengan menuduh Indonesia melakukan agresi. Seiring dengan persiapan yang dilakukan Indonesia, Belanda juga memperkuat kedudukannya di Irian dengan mendatangkan bantuan dan mengirimkan kapal perangnya ke perairan Irian di antaranya kapal induk Karel Doorman.

Kekuatan Angkatan Udara pun secara berangsur-angsur digeser ke wilayah Indonesia bagian timur dalam rangka siaga posisi dan siaga logistik di pangkalan-pangkalan Angkatan Udara, seperti Makassar, Morotai dan Letfuan.

Sedangkan pesawat tempur yang di datangkan antara lain, pesawat tempur tercanggih keluaran Uni Soviet seperti pesawat TU-16, dan pesawat MiG-17.

Tidak ketinggalan pesawat peninggalan Belanda “Cocor Merah” P-51/Mustang, Il-28 Beagle, B-25 Mitchell, B-26 Invader, dan pesawat angkut ringan C-47 Dakota juga siap berlaga menjalankan operasi Trikora.

Persiapan sudah matang, namun di saat Panglima Mandala hendak melaksanakan operasi, terdengar kabar berita menyerahnya Belanda di meja diplomasi. Berita ini sampai di Ujung Pandang, tepatnya di Markas Komando Mandala.

Perundingan yang di mediasi pemerintah Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa menghasilkan Perjanjian New York yang menandai berakhirnya sengketa Irian Barat. Salah satu butir persetujuan, wilayah Irian Barat akan berada di bawah pemerintah Indonesia. Ini berarti Belanda harus angkat kaki dari Bumi Cendrawasih.

Jelas sekali. Kuatnya Alutsista Angkatan Udara Indonesia yang disiagakan pada waktu itu mempunyai nilai strategis dan posisi tawar yang tinggi sehingga menjadi salah satu alasan Belanda mengaku kalah di meja perundingan sebelum berperang, tegas Yuto.

“Selain berbagai jenis pesawat yang dipamerkan dan cerita tentang dimana pesawat itu diterbangkan dan digunakan di masanya.”

Muspusdirla juga memamerkan beberapa koleksi lain, seperti pakaian peninggalan Pahlawan Nasional dari TNI Angkatan Udara, diorama pembentukan dan peran TNI Angkatan Udara, foto-foto para tokoh TNI Angkatan Udara, berbagai Tanda Kehormatan, Radar dan Roket.

Untuk memudahkan pengunjung melihat-lihat koleksi, ruang pamer Muspusdirla dibagi menjadi tujuh ruangan yaitu Ruang Utama, Ruang Kronologi, Ruang Seragam, Ruang Kotama, Ruang Alutsista, Ruang Diorama dan Ruang Minat Dirgantara.

Sementara bagi pengunjung yang ingin melihat film kedirgantaraan dapat memasuki ruang Mini Teater. Di ruang berkapasitas 60 kursi ini, para pengunjung bisa menonton film pendek. Selama kurang lebih 12 menit, mata pengunjung akan dimanjakan dengan tontonan aerobatik pesawat KT-1 Be yang bermanuver ciamik persembahan Jupiter Aerobatic Team. Tim akrobatik kebanggaan TNI Angkatan Udara, penyebar virus cinta dirgantara, tutur Yuto.

Selain koleksi-koleksi yang berkelas, Museum Dirgantara Mandala juga menyediakan ruang terbuka hijau yang nyaman untuk bersantai, parkir luas, toilet yang bersih serta mushola. Dan yang tidak kalah penting adalah para pemandu museum yang melayani dengan ramah. Fasilitas yang disediakan Museum Dirgantara Mandala menjadi daya tarik sendiri bagi masyarakat untuk datang berkunjung.

Selepas melihat aneka koleksi Muspusdirla yang edukatif, pengunjung tidak perlu bingung mencari cinderamata. Souvenir Shop di sudut Ruang Minat Dirgantara menawarkan aneka warna pernik-pernik kedirgantaraan yang bisa dibeli untuk buah tangan. Yang pasti harganya tidak menguras kantong, mendapat cinderamata berkualitas.

Kenangan manis selama mengunjungi Muspusdirla tentu saja akan lebih berkesan apabila diabadikan dalam lembaran foto. Pengunjung tidak perlu khawatir jika tidak membawa kamera. Karena di salah satu sudut Ruang Alutsista, Muspusdirla telah menyediakan Studio Foto Dirgantara yang selalu siap melayani pengunjung untuk berfoto. Bahkan apabila pengunjung menginginkan berfoto dengan mengenakan baju penerbang pun, pengelola Studio Foto menyediakannya.

Kolonel Yuto berharap, masyarakat mengunjungi Museum pusat Dirgantara Mandala di Yogyakarta karena di dalam Museum ini terdapat ribuan koleksi yang mempunyai cerita sendiri-sendiri, cerita-cerita yang membanggakan. Karena apa? karena dengan mengunjungi Museum Dirgantara Mandala melihat koleksi, kemudian mendekat ke pesawat mendengarkan cerita-ceritanya. Harapan ke depannya generasi ini lebih cinta dirgantara, generasi ini mempunyai tanggung jawab yang sama untuk bersama-sama menjaga wilayah Indonesia.

Sementara, sore itu suasana hari di lokasi Museum tidak begitu panas, salah seorang anak berdecak memandang ‘Si Burung besi’ pesawat TU-16 yang terparkir di halaman museum, bola matanya nanar membersit kagum. Ketika ditanya, mau jadi apa nak nanti setelah besar? Mau jadi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara yang bisa menerbangkan pesawat itu, jawabnya bangga sambil menunjuk pesawat tersebut.      ***

SELAMAT HARI ULANG TAHUN KE – 77 TNI ANGKATAN UDARA : “PROFESIONAL, MODERN DAN TANGGUH SEBAGAI ANGKATAN UDARA YANG DISEGANI DI KAWASAN”.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments