Sekelompok tentara Israel di pasukan elite Brigade Givati menolak mengambil bagian dalam operasi militer di Jalur Gaza.
Melansir dari sindonews.com, Mereka menuduh militer Israel mengabaikan kesejahteraan psikologis dan fisik mereka. Sejak tentara Israel memulai operasi daratnya di Gaza pada akhir Oktober 2023, Brigade Givati, yang beranggotakan para prajurit elit, telah berpartisipasi dalam pertempuran tersulit di daerah kantong tersebut dan kehilangan banyak pemimpin dan anggotanya.
Kondisi itu memaksa pimpinan militer Israel untuk “sementara” menarik pasukan elite itu dari medan perang di Gaza. Saat berbincang dengan komandan lapangan, para prajurit mengaku tidak memiliki kekuatan mental untuk kembali ke medan perang dan mengaku ketakutan hal itu akan membahayakan nyawa mereka.
Hingga saat ini, pemimpin militer belum memutuskan bagaimana menanggapi penolakan para tentara untuk ikut berperang di Gaza.
Data tentara Israel yang diperbarui kemarin menunjukkan 15 tentara terluka dalam periode 24 jam. Secara total, 2.897 tentara terluka sejak 7 Oktober termasuk 437 luka berat, 761 luka sedang, dan 1.699 luka ringan. Namun, menurut militer Israel, sebanyak 1.352 tentara terluka dalam pertempuran darat di Jalur Gaza.
Sebanyak 352 tentara masih menerima perawatan di rumah sakit, menurut sumber yang sama. Sekitar 569 tentara telah tewas sejak 7 Oktober, termasuk 232 tentara sejak dimulainya serangan darat Israel di Jalur Gaza pada 27 Oktober 2023.
Israel telah membunuh lebih dari 28.500 warga Palestina di Jalur Gaza. Genosida rezim kolonial Zionis itu tetap berlangsung meskipun mendapat kecaman dari dunia internasional. (sindonews)
Editor: Agung Setiadi