Pengamat militer dan Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menilai Indonesia harus memperkuat TNI untuk mengantisipasi terjadinya peperangan jika jalur diplomasi tidak berhasil dalam meredam konflik yang terjadi di Laut China Selatan.
Melansir dari antaranews.com, Fahmi mengatakan pemerintah Indonesia harus fokus dalam mempersiapkan pengadaan alutsista dan persiapan militer ke kawasan Natuna.
“Indonesia harus concren pada mempersiapkan terjadinya perang di Laut China Selatan sehingga baik pengadaan alutsista maupun persiapan fasilitas militer juga diarahkan untuk ke kawasan utara, termasuk di Natuna,” kata Khairul saat dihubungi di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, peperangan antarnegara yang bersengketa di Laut China Selatan mungkin saja akan terjadi mengingat tensi konflik yang tidak kunjung reda.
Terlebih belum lama ini sempat terjadi insiden tabrakan kapal antara penjaga pantai Filipina dan penjaga pantai China di perairan dekat karang Ren’ai Jiao Laut China Selatan pada Selasa (05/03) yang memicu ketegangan baru.
Jika peperangan tersebut terjadi, lanjut Khairul, maka TNI harus bersiap untuk menjaga batas laut sebagai upaya menjaga kedaulatan wilayah maritim Indonesia.
“Bukan tidak mungkin pada masa depan akan berkembang menjadi konflik terbuka dan meluas sehingga itu yang kemudahan harus diantisipasi,” kata dia.
Oleh karenanya, dia mengatakan pemerintah perlu memperkuat pengamanan batas laut Indonesia yang berdekatan dengan kawasan Laut China Selatan dengan menambah alutsista, memperkuat personel hingga meningkatkan teknologi pengawasan teritorial.
Namun demikian, dia tetap berharap konflik yang terjadi di Laut China Selatan tidak diselesaikan dengan peperangan.
Khairul yakni Indonesia sebagai salah satu negara terbesar di Asia dapat mengambil peran dalam meredam konflik perebutan kawasan laut tersebut. (antara)
Editor: Agung Setiadi